Harap Hati-hati Jika Banyak Buih Saat Kencing, Organ ini Mungkin Sudah Tak Berfungsi


Urine adalah cairan sisa metabolisme yang dihasilkan ginjal dan dikeluarkan dari tubuh melalui kencing. Urine terdiri atas air dan bahan-bahan yang terlarut di dalamnya. Bahan-bahan terlarut tersebut berupa sisa metabolisme tubuh seperti urea, garam terlarut, serta materi organik lainnya.

Terbentuknya urine sendiri ternyata melalui suatu rangkaian proses panjang yang terus terjadi setiap hari secara berulang-ulang. Proses pembentukan urine diawali dengan filtrasi atau penyaringan darah. Penyaringan ini dilakukan oleh glomerulus pada darah yang mengalir dari aorta melalui arteri ginjal menuju ke badan malpighi.

Penyaringan akan memisahkan 2 zat. Zat bermolekul besar beserta protein akan tetap mengalir ke pembuluh darah sedangkan zat sisanya akan tertahan. Zat sisa hasil penyaringan ini disebut urine primer (filtrat glomerulus). Urine primer biasanya mengandung air, glukosa, garam serta urea.

Ketika ginjal rusak, reaksi urine akan relatif sensitif, dan dapat terjadi kondisi tidak normal. Karena itu, kita mengatakan bahwa urine adalah “barometer” yang mencerminkan kesehatan ginjal.

Mungkin tidak banyak orang yang memperhatikan perubahan urine mereka, sehingga kemungkinan telah mengabaikan beberapa tanda awal penyakit ginjal. Jika Anda melihat kondisi urine Anda seperti berikut ini, pastikan untuk waspada terhadap kerusakan ginjal:


Gejala 1: Banyak gelembung (buih) kecil dalam urin

Dalam keadaan normal, urine berwarna kuning muda. Setelah kencing, akan tampak gelembung besar karena dampak dari toilet itu sendiri, tapi akan segera hilang.

Jika ada banyak buih dalam urine, namun, buih-buih ini memiliki dua gejala unik : buih kecil dan tidak mudah hilang, dan warna urine berwarna kuning cerah.

Hal ini dikarenakan kemampuan filtrasi menurun setelah ginjal rusak, menyebabkan protein bocor ke urin dan membentuk proteinuria, yakni suatu kondisi di mana urine mengandung jumlah protein yang tidak normal. Jika terjadi urine seperti ini, sebaiknya waspada dan jangan anggap sepele, lakukan pemeriksaan sejak dini untuk mendiagnosis penyebabnya, meminimalkan kerusakan yang tak diharapkan.

Gejala 2: Urine tampak berwarna “merah darah”

Seperti yang disebutkan di atas, urine yang normal berwarna kuning muda dan tidak ada aroma lain. Tetapi jika warna urine berubah menjadi merah darah, sebaiknya jangan diabaikan.

Banyak faktor yang menyebabkan warna urine berubah menjadi merah, diantaranya dua faktor ini :

Faktor fisiologis, termasuk makan buah-buahan yang mengandung pigmen merah, seperti misalnya buah naga, atau minum beberapa obat tertentu seperti rifampisin dan sejenisnya, menyebabkan urine berubah, tetapi faktor penyakit dapat dikesampingkan setelah pemantauan tidak adanya sel darah merah dalam urine.

Faktor patologis, poin utama yang ditekankan adalah “hematuria” yang disebabkan oleh penyakit ginjal. Jika terdeteksi lebh dari 3 sel darah merah dibawah pemeriksaan mikroskop berkekuatan tinggi, itu dapat dipastikan sebagai hematuria (sel-sel darah merah (eritrosit) dalam urine).

Perlu diketahui bahwa adanya darah dalam air seni tidak harus terlihat secara kasat mata, tetapi juga ada pendarahan tersembunyi. Oleh sebab itu hematuria dibagi menjadi dua jenis utama :

* Hematuria mikroskopik, kerusakan pada fungsi ginjal relatif ringan, terdapat darah dalam urine akan tetapi jumlahnya sedikit, sehingga tidak terlihat secara kasat mata, urin terlihat normal.

* Hematuria gross – Adanya darah dalam urine relatif serius, dapat dilihat secara kasat mata, hal ini menunjukkan bahwa darah dalam urine relatif banyak. Jika Anda melihat darah dalam urine, maka segeralah menghubungi dokter.

Gejala 3: Volume urine berkurang

Jumlah urine yang dikeluarkan tergantung pada usia, intake cairan, dan status kesehatan. Pada orang dewasa sekitar 1.500 ml – 2.000 ml per hari. Selain karena sedikit minum air dan faktor fisiologis lain, beberapa penyakit juga dapat menyebabkan penurunan output urine.

Perubahan awal dalam urine setelah gangguan fungsi ginjal tidak terlalu jelas. Seiring dengan perkembangan fungsi ginjal, fungsi filtrasi ginjal secara bertahap menjadi tidak efektif, output urin berkurang. Volume urin kurang dari 400 ml per hari dapat dinilai sebagai kondisi urine yang rendah.

Secara klinis, pasien dengan penyakit ginjal biasanya akan mengalami penurunan output urin yang signifikan selama periode uremia yakni keadaan dimana ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga ginjal tidak dapat mengeluarkan urea secara keseluruhan. Oleh karena itu, jika Anda mengalami gejala output urin yang tidak normal, jangan diabaikan.

Urine dapat mencerminkan banyak masalah penyakit ginjal. Jika Anda memiliki salah satu dari tiga gejala seperti tersebut di atas, kemungkinan besar ginjal Anda sudah mengalami kerusakan yang tidak ringan dan harus menjadi perhatian serius.

Dengan memperhatikan kesehatan urine dan memahami lebih lanjut tentang penyakit ginjal juga merupakan bagian dari tanggung jawab Anda terhadap kesehatan Anda sendiri.

Apakah Anda menyukai artikel ini? Jangan lupa untuk membagikannya pada teman Anda! Terimakasih.

Artikel Terkait

Harap Hati-hati Jika Banyak Buih Saat Kencing, Organ ini Mungkin Sudah Tak Berfungsi
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email

INJEK HPK HTML AMBIL DI FILE GRUP SAMA SAJA